Memikirkan Kematian
Hari ini, saya genap 26 tahun. Setidaknya kata kalender Masehi. Berarti sudah lebih dari seperempat abad saya berkeliaran di dunia. Bicara soal usia, ada yang sedikit memalukan sebenarnya.
Begini. Sejak kecil–waktu saya masih duduk di bangku SD, saya selalu berpikir, tidak akan bisa sampai ke usia 26 tahun. Bukan apa-apa. Saya selalu punya pandangan kalau saya akan mati esok hari.
Bahkan, saya pernah yakin, kalau usia saya tidak akan lebih dari 18 tahun. Saya lupa. Apa yang membuat saya punya pikiran seperti itu. Yang jelas, pernah ada di satu masa, saya punya pikiran bahwa saya akan mati esok hari.
Well, what do you know? Sekarang saya 26 tahun. Lebih delapan tahun, dari yang pernah saya kira. Hahaha. Padahal, kalau mau dipikir-pikir lagi, buat apa juga khawatir kalau saya mati esok hari? Toh, itu pasti akan datang juga. Dan kita tidak seharusnya takut, bukan?
Dan punya pikiran seperti itu, rupanya malah menyiksa diri saja. Jadi seperti orang yang tidak punya harapan, impian. Dan tidak maksimal dalam melakukan sesuatu. Itu sebabnya, saya agak malas belajar. Karena punya pikiran, bahwa buat apa susah-susah belajar, umurnya juga tidak akan sampai di SMP, SMA, atau kuliah? Begitu pikir saya dulu. Walaupun, ada baiknya juga sih. Saya lebih menghargai hari yang sedang saya nikmati.
Sesekali, pikiran seperti itu menghampiri saya. Padahal, saya bukan anak kecil lagi. Atau, mungkin saya sebenarnya masih belum berubah? Hanya tampilan luarnya saja yang berubah. Sementara, di dalamnya masih sama.
Entahlah.
0 Comments