Anjis! Jadi Curhat!
Baik itu mantan kamu, atau mantannya pacar kamu. Kalau sama mantan sendiri sih, biasanya kesalnya, ada dalam rentang waktu habis diputusin sampai punya pacar baru. Maklum, masih sakit hati, belum ada pengganti, jadi bawaannya kesal melulu.
Pikiran seperti “kenapa kok diputusin?”, “oh, ini tidak adil”, “apa salahku?” [hehehe] biasanya mondar-mandir di kepala. Karena kita belum tau jawabannya, biasanya itu mengarah pada perasaan kesal, bahkan mungkin dendam.
Begitu pula sama mantannya pacar. Kalau saya dengar cerita dari pacar saya, betapa laki-laki yang dulu pernah jadi pacarnya, sering menyakiti perasaan dia, saya suka ikut kesal. “Kok, jadi laki-laki tidak menghargai perasaan perempuan sekali sih?” atau, “Kurang ajar sekali tuh orang. Memainkan perasaan. Bikin sakit hati perempuan.” Itu terlintas di kepala.
Tapi, setelah dipikir-pikir lagi, saya harusnya malah berterimakasih kepada mantan saya atau mantan pacar saya. Tidak. Bukan maksud saya lantas tidak berempati pada kisah kurang menyenangkan pacar saya.
Begini maksudnya. Kalau saja dulu saya tidak diputusin, atau kalau saja pacar saya yang sekarang, menjalani hubungan bahagia dengan pacarnya terdahulu, kami mungkin tidak akan bertemu. Hehehe. Nah, kalau begini jadinya, saya malah bersyukur dulu diputusin. Punya kesempatan bertemu dengan yang jauh lebih baik. Yang bisa memberi kebahagiaan. 😀
Ah. Dasar manusia ya. Dulu marah-marah. Kesal sama keadaan. Eh, sekarang malah bersyukur pernah mengalami itu. Jadi, intinya begini nih. Bukan maksud menggurui, atau sok bijak ya. Buat kamu yang sekarang disakiti orang. Urusan percintaan maksudnya. Tenang saja. Nanti juga dapat yang lebih baik. Nanti juga kamu menemukan kebahagiaan yang kamu cari.
Tuhan itu Maha Adil.
0 Comments