Pemberian Anugerah [Selalu] Tidak Meriah
Malam tadi, ada Anugerah Video Musik 2006 di Indosiar.
Seperti
banyak acara serupa di Indonesia, acara itu tidak meriah. Malah,
sepertinya yang paling tidak meriah dari sekian banyak malam pemberian
anugerah lokal. Acara malam tadi, membuat Penghargaan MTV Indonesia
jadi luar biasa meriah. Padahal, event MTVI itu cukup membosankan.
Kalau
mau dibandingkan dengan produk Indosiar yang lain, pemberian anugerah
tadi malam masih kalah meriah dibandingkan Gebyar BCA atau Pesta.
Setelah
Ari Untung dan Andhara Early memberi kata pembuka, The Upstairs jadi
yang pertama tampil di Anugerah Video Musik 2006. Mengecewakan. Karena
mereka tidak tampil langsung. Hanya playback. Acara pemberian anugerah
kok, dibuka dengan seperti itu.
Ternyata, bukan mereka
satu-satunya yang seperti itu. Penampil lain seperti Steven & The
Coconutreez, Shanty hingga Naff semuanya tidak bermain live. Saya tidak
ingat siapa lagi penampil yang lainnya. Mungkin hanya Batman yang malam
itu mengeluarkan suaranya lewat minus one yang diputar.
Jangan
berharap ada tepuk tangan meriah. Acara serupa yang biasa digelar
stasiun TV lokal, dengan banyak penonton pun, sering tidak meriah.
Apalagi ini. Banyak kursi kosong. Belum lagi, kualitas pembaca anugerah
yang juga tidak bisa menutupi kekurangan acara itu. Mereka pemain
sinetron, model video klip atau penyanyi yang dipasang-pasangkan. Ya
kamu tau lah, tipikal acara seperti itu.
Dua orang mencoba
melucu sebelum masuk ke pembacaan nominasi. Tapi, bahkan mereka pun
saya rasa tau, kalau mereka tidak bisa mengeluarkan dialog yang segar.
Rasanya kita masih butuh banyak penulis naskah yang baik untuk acara
seperti ini. Yang bisa membuat dialog-dialog yang asik.
Nominasinya?
Ini yang saya ingat; video klip Dewa 19 yang Dhani berambut mohawk,
Agnes yang jarinya dan jari pacarnya berdarah, Shanty yang bilang tak
ada lagi lelaki seperti dia, Peterpan yang Arielnya jadi penjahat,
serta Ungu yang hujan-hujanan. Rizal Mantovani membawa pulang banyak
piala malam itu. Saya lupa tepatnya.
Shanty dapat penghargaan
khusus juri. Entah apa yang dimaksud penghargaan khusus itu. Entah apa
kriterianya. Yang jelas, Ketua Jurinya; Bens Leo! Ah, melihat dia saya
jadi takut. Maksudnya, takut jadi seperti Bens Leo kalau sudah berkarir
lama jadi jurnalis. Bicara musik di mana-mana. Seolah-olah dia yang
paling tau soal musik. Padahal…ya kamu jawab sendiri lah.
The
Adams untuk lagu “Waiting” dapat penghargaan untuk kategori video musik
indie. Cukup menggembirakan sebenarnya. Walaupun videonya tidak
sesering video Dewa 19 dkk diputar di televisi. “Piala ini sepertinya
bagus buat dipajang di rumah. Henry Foundation ini sutradara muda
handal. Jadi hati-hatilah kalian,” kata Ale, gitaris The Adams, sambil
cengengesan malam itu ketika menerima piala.
Saya tidak tau apa
yang dirasakan mereka yang mendapat anugerah. Wajah Shanty, Rizal
Mantovani, Ale dan Batman sih, sepertinya girang. Tapi saya masih
kurang puas. Walaupun niatnya baik, menghargai video musik lokal, tapi
dengan menggelar acara yang seperti kurang persiapan itu, sama saja
jadinya kurang menghargai.
Dalam pidatonya, Bens Leo berkata
soal sudah jarang acara seperti itu digelar. Blablabla. Dia
berterimakasih pada Indosiar telah menggelar acara itu. Kata Leo, video
klip sudah jarang diputar di televisi. Kalaupun diputar, seringkali
tidak penuh–pengecualian untuk MTV tentunya.
Nah itu sebenarnya
yang paling penting! Jangan dulu mengadakan acara penganugerahan video
klip musik lah. Kalau stasiun TV nya pun masih belum sering memutar
video. Kalau perlu, berikanlah potongan harga untuk perusahaan rekaman
yang ingin video musiknya diputar.
Jangan biarkan MTV Indonesia
satu-satunya stasiun TV pemutar video klip. Kalau stasiun TV lain
kembali menayangkan banyak video klip, mungkin MTVI bakal membuat acara
kreatif lainnya. Supaya acaranya tidak membosankan seperti sekarang.
Dengan satu-satunya kekuatan mereka, memutar video klip musik. Walaupun
sepanjang hari, yang diputar itu lagi itu lagi.
Ah jadi melantur.
Seperti
banyak acara serupa di Indonesia, acara itu tidak meriah. Malah,
sepertinya yang paling tidak meriah dari sekian banyak malam pemberian
anugerah lokal. Acara malam tadi, membuat Penghargaan MTV Indonesia
jadi luar biasa meriah. Padahal, event MTVI itu cukup membosankan.
Kalau
mau dibandingkan dengan produk Indosiar yang lain, pemberian anugerah
tadi malam masih kalah meriah dibandingkan Gebyar BCA atau Pesta.
Setelah
Ari Untung dan Andhara Early memberi kata pembuka, The Upstairs jadi
yang pertama tampil di Anugerah Video Musik 2006. Mengecewakan. Karena
mereka tidak tampil langsung. Hanya playback. Acara pemberian anugerah
kok, dibuka dengan seperti itu.
Ternyata, bukan mereka
satu-satunya yang seperti itu. Penampil lain seperti Steven & The
Coconutreez, Shanty hingga Naff semuanya tidak bermain live. Saya tidak
ingat siapa lagi penampil yang lainnya. Mungkin hanya Batman yang malam
itu mengeluarkan suaranya lewat minus one yang diputar.
Jangan
berharap ada tepuk tangan meriah. Acara serupa yang biasa digelar
stasiun TV lokal, dengan banyak penonton pun, sering tidak meriah.
Apalagi ini. Banyak kursi kosong. Belum lagi, kualitas pembaca anugerah
yang juga tidak bisa menutupi kekurangan acara itu. Mereka pemain
sinetron, model video klip atau penyanyi yang dipasang-pasangkan. Ya
kamu tau lah, tipikal acara seperti itu.
Dua orang mencoba
melucu sebelum masuk ke pembacaan nominasi. Tapi, bahkan mereka pun
saya rasa tau, kalau mereka tidak bisa mengeluarkan dialog yang segar.
Rasanya kita masih butuh banyak penulis naskah yang baik untuk acara
seperti ini. Yang bisa membuat dialog-dialog yang asik.
Nominasinya?
Ini yang saya ingat; video klip Dewa 19 yang Dhani berambut mohawk,
Agnes yang jarinya dan jari pacarnya berdarah, Shanty yang bilang tak
ada lagi lelaki seperti dia, Peterpan yang Arielnya jadi penjahat,
serta Ungu yang hujan-hujanan. Rizal Mantovani membawa pulang banyak
piala malam itu. Saya lupa tepatnya.
Shanty dapat penghargaan
khusus juri. Entah apa yang dimaksud penghargaan khusus itu. Entah apa
kriterianya. Yang jelas, Ketua Jurinya; Bens Leo! Ah, melihat dia saya
jadi takut. Maksudnya, takut jadi seperti Bens Leo kalau sudah berkarir
lama jadi jurnalis. Bicara musik di mana-mana. Seolah-olah dia yang
paling tau soal musik. Padahal…ya kamu jawab sendiri lah.
The
Adams untuk lagu “Waiting” dapat penghargaan untuk kategori video musik
indie. Cukup menggembirakan sebenarnya. Walaupun videonya tidak
sesering video Dewa 19 dkk diputar di televisi. “Piala ini sepertinya
bagus buat dipajang di rumah. Henry Foundation ini sutradara muda
handal. Jadi hati-hatilah kalian,” kata Ale, gitaris The Adams, sambil
cengengesan malam itu ketika menerima piala.
Saya tidak tau apa
yang dirasakan mereka yang mendapat anugerah. Wajah Shanty, Rizal
Mantovani, Ale dan Batman sih, sepertinya girang. Tapi saya masih
kurang puas. Walaupun niatnya baik, menghargai video musik lokal, tapi
dengan menggelar acara yang seperti kurang persiapan itu, sama saja
jadinya kurang menghargai.
Dalam pidatonya, Bens Leo berkata
soal sudah jarang acara seperti itu digelar. Blablabla. Dia
berterimakasih pada Indosiar telah menggelar acara itu. Kata Leo, video
klip sudah jarang diputar di televisi. Kalaupun diputar, seringkali
tidak penuh–pengecualian untuk MTV tentunya.
Nah itu sebenarnya
yang paling penting! Jangan dulu mengadakan acara penganugerahan video
klip musik lah. Kalau stasiun TV nya pun masih belum sering memutar
video. Kalau perlu, berikanlah potongan harga untuk perusahaan rekaman
yang ingin video musiknya diputar.
Jangan biarkan MTV Indonesia
satu-satunya stasiun TV pemutar video klip. Kalau stasiun TV lain
kembali menayangkan banyak video klip, mungkin MTVI bakal membuat acara
kreatif lainnya. Supaya acaranya tidak membosankan seperti sekarang.
Dengan satu-satunya kekuatan mereka, memutar video klip musik. Walaupun
sepanjang hari, yang diputar itu lagi itu lagi.
Ah jadi melantur.
0 Comments