20Q David Naif
Akhirnya, hutang saya terbayar. Ini versi yang sedikit lebih panjang dibandingkan yang diterbitkan di majalah. Ada beberapa pertanyaan yang saya ganti–karena ada yang lebih segar ketimbang beberapa pertanyaan di bawah–ketika majalah itu di-lay out.
Q1
Keseharian David Naif tidak sekocak di panggung. Kenapa?
Kalau di panggung, itu
Q2
Ya, tapi Anda paling tidak suka dicap sebagai anggota band lawak. Kenapa?
Karena lagu-lagu kami tidak melawak. Itu hanya performance saat manggung. Jadi, jangan di-judge karena lagunya lucu, lantas disebut band lawak. Basically, kami bukan band lawak. Kalau kami band lawak, nanti harapan orang kami musti membawakan lagu yang selalu lucu. Gue nggak ingin itu jadi imej yang melekat di Naif. Pokoknya nggak mau. Memang kami bukan pelawak.
Q3
Bagaimana perasaan Anda soal ekspektasi publik terhadap David Naif yang harus selalu tampil kocak?
Gue sih masih bisa bersyukur. Karena gue bukan pelawak. Masih bisa santai, tidak harus selalu melucu. Yang jelas, gue bisa menempatkan diri. Di mana gue harus tidak melucu, atau di mana harus sedikit menghibur. Kalau di panggung
Q4
Kita bicara awards. Apakah mendapatkannya penting buat Anda?
Kalau di luar negeri mungkin ya. Agaknya musisi akan senang kalau mendapat awards. Tapi, soal penting tidaknya mendapat awards, mungkin pentingnya untuk anak cucu saja. ‘Eh, bapak dulu pernah dapat piala nih’. [tertawa]. Cuma, gue tidak tahu kondisi di negara kita. Penghargaannya benar-benar murni atau memang ada konspirasi di belakangnya. Pertanyaan gue sih, ini hanya media promosi atau ada yang menunggangi? Sepertinya, di negara kita memang belum ada awards yang benar-benar murni. Mungkin baru ada di beberapa majalah.
Q5
Anda pernah berharap mendapat awards?
Untuk skala lokal sih, pengharapan gue biasa saja. Kalau dapat awards, gue akan bersyukur. Kalaupun tidak, memang pada dasarnya gue tidak terlalu berharap. Kalau untuk MTV Asia Awards sih, mungkin sedikit berharap bisa mendapat awards. Hanya, ibu gue memang pernah bertanya. ‘Kok tidak pernah dapat itu sih? SCTV Awards Band Ngetop?’ Gue jawab, ya karena memang kami nggak ngetop. [tertawa]. Ketika ibu gue bertanya, ‘Kok nggak masuk nominasi sih?’ gue jawab, bodo amat. [tertawa].
Q6
Lalu, standar apa yang dipakai untuk mengukur perkembangan musikalitas?
Kalau bagi gue, band bisa berumur panjang saja sudah termasuk sukses. Ukuran gue sih, lebih dari sepuluh tahun bisa eksis. Bisa tetap terdengar dan masih bisa berkarya, sudah tenang deh.
April ini, album tribute untuk Naif dirilis. Bagaimana perasaan Anda?
Itu melebihi semua penghargaan apapun di
Q8
Kalau kisah hidup Anda difilmkan, siapa yang ingin Anda pilih untuk memainkan peran Anda?
[lama terdiam]. Pemain film di Indonesia sedikit sih. Hmmm. Tora Sudiro aja deh. Konyol orangnya. Lagipula, siapa lagi coba? Pemain film yang lain, rata-rata orangnya serius. [tertawa].
Q9
Apa sih mimpi kanak-kanak Anda?
Pokoknya gue dulu tidak pernah ingin jadi penyanyi. Cita-cita, paling ingin jadi astronot. Standar lah. Terus, waktu kecil gue sekolah di
Q10
Hmm mimpi terbang ya? Kalau mimpi basah dengan selebritis. Pernah?
Boy George! [ngakak]. Gue pernah mimpi di-blow job Boy George. Akhirnya gue merasa bersalah. Memang, mimpi nggak disengaja
Q11
Wah gawat juga ya. [tertawa]. Tapi, Anda punya fantasi seksual dengan selebritis perempuan
Monica Belucci. Kalau bisa satu malam dengan dia, mungkin gue akan gemetar. Paling, gue akan tanya dia, payudara kamu asli apa palsu? [tertawa]. Terus, gue mau ngomong, akting kamu di film “Irreversible” bagus. Terutama di adegan waktu dia diperkosa di gang itu. Satu lagi pertanyaan yang akan gue tanyakan, Kenapa sih kamu selalu mendapat peran sebagai perempuan yang selalu ditindas laki-laki?
Q12
Memangnya, apa arti perempuan buat Anda?
Perempuan adalah segalanya buat gue. Di album terbaru ini, “Televisi”, gue menulis lagu judulnya “Lagu Wanita”. Itu bentuk pemujaan gue terhadap wanita. Inspirasinya dari all the woman in the world. Tapi ya yang terdekat mungkin istri gue. Gue melihat wanita tuh indah sekali. Misalnya, begitu melihat Playboy, anj*&# foto ini indah sekali. Dibandingkan dengan pemandangan alam, bagi gue lebih indah tubuh perempuan. [tertawa]. Gue tidak bisa hidup tanpa wanita. Gue pemuja wanita, tapi tidak romantis orangnya. Tapi, perempuan lebih menyukai laki-laki romantis ya? Lebih suka digoda ya? [ngakak].
Q13
Oya? Tidak romantis? Lalu, apa hal paling romantis yang pernah Anda lakukan untuk perempuan?
Gue benar-benar tidak romantis. Justru di lagu, gue sedang menunjukkan sisi dari diri gue yang ingin romantis. Itu yang nggak bisa gue lakukan di kehidupan nyata. Bahkan, istri gue suka ngomong begitu. ‘Bisa ya buat lagu seperti itu? Tapi kenapa kalau bicara langsung tidak bisa.’ [tertawa]. Lagunya gombal. Tapi, gue nggak bisa mengungkapkan dengan kata-kata, sayang aku…[tertawa]. Gue suka merasa norak dengar diri sendiri berkata seperti itu. Gue sih nggak romantis. Payah. Perbuatan yang romantis mungkin hanya mengirim
Q14
Jadi, menurut Anda lagu-lagu Naif memang gombal?
Q15
Di album “Retropolis” Anda menulis lagu “Uang”, apa yang jadi inspirasinya?
Itu karena sudah berbulan-bulan nggak juga pulang ke rumah. Tidak memberi istri gue uang. Tur selama tiga bulan di jalan, istri nggak gue beri nafkah. Lagu itu
Q16
Di album terbaru ini, ada lagu “Superstar”. Apakah ini sebuah bentuk olok-olok? Kalau iya,
Iya, itu olok-olok. Lagu ini sebenarnya ditulis udah lama. Waktu acara pencarian bakat sedang marak di tv. Banyak artis baru, yang attitude-nya mestinya nggak begitu. “Nih gue nih!” Ya sebel aja ngelihatnya, capek. Gue superstar? Amiin. [tertawa]. Di Indonesia tuh justru yang superstar, pelawak. Dibandingin penyanyi, masih lebih kaya pelawak. Lihat aja pelawak, ada yang mobilnya Hummer.
Q17
Apa sih yang paling membanggakan dari seorang David Naif?
Apa ya? Suara gue biasa saja. Suara gue tuh cempreng. Istri gue pernah ngomong, ‘Suara kamu tuh biasa saja ya.’ Buat gue, vokalis yang bagus, Kaka Slank tuh, suaranya bagus. Semakin tua, suara Kaka semakin bagus. Gue nggak bisa membanggakan diri gue sendiri sih. Suara gue, nggak ada skill-nya. Kalau ada yang membanggakan dari hidup gue, itu bisa tergabung di band Naif. Gue bangga dengan lagu-lagunya Naif.
Q18
Apa jadinya Naif tanpa David?
Apa ya? Nggak akan ada Naif. Mungkin semuanya akan berbeda. Nggak tahu juga ya. Nggak mungkin ada Naif dong. Karena memang dari awal kami bersama-sama sih. Nggak ada Emil, nggak ada Naif. Nggak ada Pepeng, nggak ada Naif. Nggak ada Jarwo pun nggak ada Naif.
Q19
Di salah satu acara di Bandung, Anda mengeluarkan lelucon soal Radja dan Kangen Band. Sebenarnya bagaimana pendapat Anda soal kedua band itu?
[tertawa]. Oh elo ada di
Q20
Boleh tahu, satu dirty little secret Anda?
Gue pernah kepergok saat bercinta di mobil. Waktu gue masih pacaran. Kejadiannya di jalan deh. [tertawa]. Gue nggak akan bilang siapa yang mergokin gue. Pokoknya ada deh orangnya. Intinya, gue kepergok saat bercinta di mobil, di jalanan jaman pacaran. [tertawa].
0 Comments