Minggu [25/11] kemarin, di Hard Rock Café, Trax FM menggelar kembali Terusik Traxkustik, yang kali ini mereka beri judul Electrorock.
Saya datang, agak telat, jam setengah delapan malam. Efek Rumah Kaca sudah bermain sekira tiga lagu. Dan seperti biasa, cheap bastard tak tahu diri ini, meminta gratisan pada Sandra. Karina, yang bertanggungjawab pada guest list ketika menyambut saya di pintu, lantas meminta saya untuk meliput.
“Iya, tapi buat Multipy ya,” kata saya.
Karina tersenyum tanda setuju. Dan saya masuk dengan lega. Hahaha.
Di dalam, ternyata sudah banyak orang. Tak tahu berapa jumlahnya. Tapi, lantai bawah cukup penuh. Walau tak sesak. Ketika saya tiba di sana, saya baru pulang dari Sawangan. Mengantar Attan, yang sore harinya, mendadak meminta saya untuk menemani melihat rumah yang ingin dibelinya. Tapi, dia malah meminta saya untuk menyetiri motornya. Tanpa jaket, dari Fatmawati ke Sawangan, akhirnya saya menyetir motor. Setang motornya, diganti dengan setang jepit. Ini membuat pengendara lebih lelah. Apalagi saya tak memakai jaket.
Ah, melantur. Intinya begini, karena kejadian itu, enerji cukup terkuras. Datang ke Hard Rock terburu-buru. Akibatnya, mood terganggu. Tak sempat berpikir banyak ketika datang ke sana. Biasanya, kalau saya datang ke satu acara, dan berpikir untuk menuliskan acara itu, begitu datang ke lokasi, saya sudah tahu harus menulis apa. Saya memutar otak untuk menceritakan apa yang saya lihat.
Kemarin, tidak begitu.
Jadi, hasilnya begini. Kalau diteliti lebih lanjut lagi tulisan ini, kamu akan tahu kalau saya sebenarnya memaksakan diri untuk memasukan tulisan. Hehe. Oya, kali ini, saya iseng mencoba lensa 28 – 105 mm yang ada di kamar. Lensa ini, punya adek saya. Jarang dipake. Tak enak, katanya. Serba tanggung. Wide tidak. Zoom juga kurang.
Ternyata benar.
Belum lagi, tata cahaya di Hard Rock Café yang tak pernah bagus. Hasilnya, ya seperti ini. Banyak gambar yang kurang terang. Maafkan.
Kembali ke acara, saya tak tahu berapa banyak Efek Rumah Kaca bermain malam itu. Yang jelas, setelah mereka, RNRM tampil. Lama mengatur peralatan di panggung, MC memanggil personel untuk ngobrol mengisi kekosongan. Ekky dan Nyanya yang maju.
“Jangkrik bos,” kata Ryo.
Crowd tak mengerti. Tak ada yang tertawa. Tak ada juga, yang ikut berteriak, “Kriiik. Kriiik. Jangkrik.” Padahal, Nyanya memang cukup jangkrik. Saya ingin teriak juga, tapi yang lain diam saja.
Beres RNRM, Netral tampil. Rupanya sebagian besar crowd, datang untuk Netral. Buktinya, begitu Netral naik ke panggung, crowd memadati mulut panggung. Meneriakkan judul-judul lagu Netral. Dan ketika musik dimainkan, mereka berjoget.
“Yah, dikacangin lagi deh. Dikacangin lagi deh,” kata seorang anak.
Bagus tersenyum mendengar anak itu. Tak berapa lama, Bagus melempar pop corn ke arah crowd. Si anak yang tadi berteriak soal dikacangin, kegirangan. “Tuh kan, dikacangin,” katanya. Bagus tersenyum lagi.
Saya tak mengerti maksud mereka. Mungkin joke internal antara Netral dan penggemarnya. Atau mungkin ada joke baru ibukota, yang belum saya tahu.
Jam sepuluh, saya pulang. Menebeng Ronal dari Extravaganza. Saya lebih mengenalnya sebagai Mbe, karena begitu dia dipanggil waktu di kampus. Tapi kini, Ronal punya alter ego baru, Ronal Disko. Dia sedang memersiapkan album perdananya. Musiknya, sangat terpengaruh new wave, katanya. Mixing albumnya, dikerjakan oleh Indra Lesmana. Ronal Disko mengatakan masih mencari label.
Di perjalanan, Ronal mengajak karaoke. Akhirnya, saya ikut. Manajer dia, Luthfi adalah vokalis Purpose. Ternyata suaranya memang bagus. Biasanya, saya karaokean dengan para penyanyi yang pas-pasan. Tapi, malam itu, para penyanyinya malah bernyanyi dengan benar. Haha. Hanya saya yang suaranya pas-pasan.
Ah sudahlah. Semakin tak menarik dan tak jelas arah tulisannya.