Punk Rawk Show
Kalau bicara MXPX, saya selalu teringat jaman kuliah.
Pertengahan tahun ’90-an, di Bandung, jaman cokro alias carding masih berjaya. Teman-teman kuliah saya banyak yang memakai kaos MXPX hasil cokro. Kasarnya, mereka telah ‘merampok’ banyak dari toko online MXPX
Dan di pertengahan tahun ’90-an, melodic punk sedang digandrungi banyak anak muda. Tak hanya melodic punk bands, celana pendek kedodoran dipadu dengan sepatu vans juga sedang digandrungi. Kalau mau dibandingkan, mungkin keberadaan celana pendek kedodoran itu, sama posisinya dengan pilihan skinny jeans di banyak kids today.
Minggu [13/1] malam kemarin, MXPX datang ke Jakarta dalam rangka Secret Weapon Asian Tour 2008. lian MIPRO, sang penyelenggara berbangga sekali, mengatakan kalau Jakarta satu-satunya kota di Asia Tenggara yang dikunjungi. “Seratus orang dari Malaysia dan Singapura memesan tiket buat nonton mxpx di Jakarta,” kata Harry Fadil, media relations pada saat jumpa pers sehari sebelumnya.
MIPRO tak bertele-tele dalam jumpa pers. Jam setengah tiga, acara dimulai seperti yang tertera pada undangan. Tak banyak basa-basi. Wartawan langsung diberikan kesempatan bertanya. Rata-rata dari mereka sepertinya sudah cukup tahu soal MXPX. Tak ada pertanyaan klise dan basi semacam “persiapan apa yang kalian lakukan buat show besok?”
Hanya sekira setengah jam, jumpa pers digelar. Diakhiri dengan pemberian tanda tangan kepada sekira belasan fans yang datang [entah dari mana mereka tahu info soal acara itu]. Pembagian ID pun tak sulit serta tak serepot di konser yang digelas Java Musikindo misalnya.
Tak banyak media yang datang. Bahkan, sepertinya tak ada infotainment!
ID Card untuk liputan pun dibuat sederhana. Bahkan, saya sempat mengira itu bias dipalsukan dengan mudah, tanpa ada pengamanan. Soalnya, ketika konser Napalm Death yang pertama, rekan kantor saya memindai kartu itu dan mencetaknya. Maka jadilah kartu liputan. Tapi, kemarin rupanya mereka sudah belajar. Karena ternyata ada cap ultra violet di sana.
***
Kawasan Senayan dipenuhi banyak supporter bola, Minggu malam itu. Lebih tepatnya, dipenuhi banyak The Jakmania. Ada final Copa Dji Sam Soe. Padahal, Persija tak lolos ke final. Ketika saya tiba di pintu masuk dari depan Hotel Mulia, pemandangan belasan puluhan The Jak menyambut saya.
“Tiketnya seratus lima puluh ribu, mahal! Mending juga nonton bola ya, lima ribu,” saya mendengar salah seorang dari mereka berbicara.
Konser MXPX digelar di Basket Hall. Masih di kawasan Gelora Bung Karno. Hanya agak jauh dari Stadion Utama Senayan. Basket Hall sebenarnya kurang bagus untuk pertunjukkan musik. Ruangannya bergema. Tapi, apa boleh buat. Sepertinya MIPRO senang sekali mengadakan pertunjukkan di sana.
Saya bertemu dengan rombongan dari Bandung. Mereka yang saya ceritakan di awal tulisan. Maka lengkaplah bayangan MXPX di benak. Konser mxpx tanpa teman-teman dari Bandung rasanya tak lengkap. Karena mereka yang lebih mencintai MXPX ketimbang saya. Dan nama MXPX, mengingatkan saya pada mereka.
Tiba di Senayan, mereka disambut The Jak. Mobil yang mereka tumpangi berplat nomor D.
“Mau pada ke mana ini?” kata The Jak, seperti ditirukan teman saya.
“Mau pada nonton bola bang,” jawab mereka.
Dan The Jak pun membiarkan mereka lewat.
Kabarnya, hal serupa menimpa rombongan Sendal Jepit juga.
“Ada yang bawa atribut Viking [salah satu kelompok supporter Persib] nggak?” anak The Jak bertanya, sambil memeriksa mobil, “kalau ada, mau gue matiin!”
Tapi, tak ada yang meninggal karena sepakbola malam itu. Setidaknya begitu yang saya tahu. Tak ada rombongan Bandung yang dihajar The Jak. Padahal, teman-teman saya sebagian besar pecinta Persib. Hahaha.
***
Fornufan, Superman Is Dead, dan Rocket Rockers jadi pembuka. Jam tujuh malam acara dimulai, tepat waktu. Jam sembilan lebih sepuluh menit, MXPX sudah naik panggung. Membuka dengan intro lagu the Who, kalau tak salah “A Quick One, While He’s Away.” Tolong koreksi saya. Saat tulisan ini dibuat, saya tak yakin apakah benar itu lagunya. Yang jelas, refrain-nya ada bagian “You are forgiven…”
Crowd menyambutnya dengan meriah. Saya tak tahu, apakah mereka tahu lagu itu, atau senang menyambut kedatangan MXPX. Kalau saya, karena senang intro lagu itu dimainkan. Eka, bassist SID diajak ke panggung ketika lagu “Chick Magnet” dibawakan. Eka terlihat senang.
“MXPX!” teriaknya ketika pamit.
Selain lagu-lagu mereka, MXPX juga membawakan cover version yang lain. “Summer of 69” yang pernah dibawakan Brian Adams dan “Should I Stay or Should I Go?” dari the Clash setelah aksi pura-pura pamit.
Dido dan Cupi, kawan saya dari Bandung kembali ke area belakang sedikit kesal karena orang-orang di sekelilingnya tak tahu lagu the Clash. Salah seorang teman mereka juga kesal karena ternyata orang-orang di sekelilingnya tak tahu lagu the Clash!
Sementara itu, ketika Dido dan Cupi kesal di area depan sambil menyanikan Should I, sepasang kekasih di depan saya asik bermesraan sambil berjoget-joget mengikuti lagu MXPX. Beberapa kali mereka berciuman dan berpelukan. Saya dan teman-teman hanya bisa menahan tertawa.
Setelah puas berpelukan dan berciuman, akhirnya si perempuan mencoba berdansa. Gayanya, seperti gaya dansa banyak perempuan masa kini. Tangan sebelah kiri di pinggang. Tangan kanan diangkat ke atas, ditekukkan sedikit. Dan dia pun berjoget sambil menggoyangkan kepalanya.
MXPX sedang memainkan lagu “Punk Rawk Show” ketika pemandangan itu terlihat di depan mata saya.
0 Comments