Emo…Bukan…Emo…Bukan…Emo…?
My Chemical Romance konser dengan banyak F Words di depan banyak teenagers.
Rasanya, baru kali ini saya menyaksikan konser kelompok musik luar yang vokalisnya menggunakan banyak sekali kata ‘fuck’ di dalam kalimat. Bahkan di konser Megadeth atau MXPX pun, seingat saya tak sebanyak seperti di konser Kamis [31/1] malam lalu.
Damn. Seharusnya, saya membuat tulisan ini beberapa hari lalu. Dengan begitu, tulisannya akan lebih informatif. Tapi, sejak belakangan ini akses saya pada koneksi internet yang semakin susah, saya telah kehilangan semangat untuk menulis itu. Belum lagi, sehari setelah konser, saya harus ke Bandung. Berangkat jam enam pagi. Baru menyentuh lagi foto-foto ini, hari Seninnya.
Dan baru Selasa [5/2] malam ini, koneksi itu akhirnya bisa saya dapatkan.
Oke, singkat saja.
Kali ini, fotografer ditempatkan di belakang barisan festival. Sebelah FOH. Seingat saya, konser Java Musikindo yang seperti ini, waktu Avril Lavigne datang ke Jakarta beberapa tahun lalu. Hanya bedanya, kali ini, panitia menyediakan undakan untuk para fotografer.
Jarak antara fotografer dan panggung, memang tidak sejauh konser Beyonce. Kalau kamu tahu seperti apa ruangan Plennary Hall, mungkin kamu bisa lebih membayangkan sejauh apa fotografer dengan panggung. Kabarnya, menurut teman saya, Ricky, fotografer The Jakarta Post, kondisi seperti itu akhirnya membuat Associated Press tidak mengambil kesempatan memotretnya.
Seperti di banyak konser Java, crowd yang datang sebagian besar berpenampilan menarik. Harga tiket yang dibandrol setengah juta, dengan sendirinya, menyeleksi orang-orang yang datang.
Lagi-lagi, dominasi remaja terlihat di sana. Tak sedikit dari mereka yang berpakaian hitam-hitam. Tapi, auranya bukan tipikal kostum hitam-hitam seperti di konser rock dengan penonton yang lebih tua dan militan. Hitam-hitam di konser Kamis malam itu, tak terasa tangguh atau gagah. Tapi hitam-hitam in a cute way. Hehe.
Walau begitu, sepertinya ribuan remaja itu merasa My Chemical Romance adalah musik terkeras yang pernah mereka dengar. Paling rock! Paling metal! Hahaha. Oke, yang ini hanya asumsi sembarangan saya. Tapi, yang jelas, tak sedikit dari mereka yang mengacungkan jarinya, membentuk tanduk. Sambil berteriak keras, histeris.
Selepas jatah tiga lagu memotret, saya ke tempat penitipan yang ternyata penuh. Ketika akan masuk kembali ke venue, petugas keamanan menahan fotografer yang membawa tas karena tak bisa dititipkan. Mereka memaksa kami untuk menitipkan di teman yang membawa mobil.
Di sini, saya melihat bukti kelebihan Java Musikindo.
Di tengah kebingungan, tak berapa lama, Adri Subono, the boss himself, sudah ada di sana. Memastikan petugas keamanan untuk akhirnya mengijinkan fotografer masuk membawa kamera.
Lalu, seperti apa konsernya? Ah, saya sudah malas untuk menceritakannya kembali. Yang paling saya ingat, di beberapa lagu, terdengar feedback. Padahal, mereka bukan noise rock. Hehe.
Sejak kapan My Chemical Romance jadi Duta Noise? :p
0 Comments