Lutut Bergetar di Gedung Miring
Saya sempat agak ketakutan juga, ketika datang ke Sarinah, Sabtu [19/4] malam lalu ke acara A Different Saturday di Stardust.
Kabarnya, Gedung yang diresmikan Soekarno itu, miring lima derajat jika dilihat dari ATM. Wakwaw. Biarpun mungkin belum berbahaya, tetap saja, mendengar fakta bahwa gedung bertingkat yang sudah puluhan tahun itu sekarang miring, cukup membuat waswas. Apalagi, saya takut ketinggian.
Dan sisi paranoid saya yang berlebihan, semakin waswas ketika membayangkan bahwa ada puluhan orang malam itu, yang berjingkrakan di lantai 14. Siapa tahu, itu berpengaruh terhadap kemiringan gedung.
“Elu nggak mau kan, mati pas nonton Seringai?” kata vokalis Fall yang saya tak tahu namanya itu, ketika mereka merampungan penampilannya.
Sebelum Fall, Killed By Butterfly, Whisper Desire, The Authentics dan ah satu lagi saya lupa band apa, tampil. Lantai dansa tak terlalu penuh ketika mereka tampil. Berbeda ketika Seringai akhirnya naik ke panggung.
Saya, yang tak pernah berolahraga merasakan dampak negatifnya, malam itu. Sekira jam sepuluh malam, Seringai memulai penampilannya. Crowd menggila. Merangsek ke mulut panggung. Membuat siapapun atau apapun yang ada di depannya terdorong. Bahkan monitor pun harus ditahan supaya tak terdorong.
Karena menahan dorongan penonton, otot paha saya tegang. Kaget. Syok. Terkejut. Tertarik. Begitu saya pindah dari mulut panggung, ke atas panggung kemudian berjalan ke arah dekat drummer, lutut bergetar.
Terrr. Terrr. Terrrr.
Paha saya sakit. Lutut terus bergetar. Di dalam hati saya, terus bertanya. Apakah ini karena otot kaget, atau karena asam urat? Kalau saja malam itu, saya harus langsung berlari karena ada keadaan darurat, mungkin saya akan tertinggal karena lutut bergetar dan otot kaget.
Tapi, otot dan lutut para Serigala Militia tak bergetar. Sepanjang penampilan, mereka berjingkrak. Bernyanyi. Sepertinya sekarang lebih banyak suara yang bernyanyi mengikuti lagu-lagu Seringai. Mungkin mereka sudah hapal lagu-lagunya. Suasana konser yang akrab dan dekat dengan penonton memang selalu menyenangkan.
Apalagi, malam itu, saya melihat cukup banyak penonton perempuan. Rupanya, kini sudah cukup banyak perempuan yang merasa aman datang ke rock show.
Padahal, Seringai ingin membuat rock kembali mengancam.
0 Comments