Soleh Solihun Pusing Karena Lagu Cinta
Kenapa mereka pikir, pop = cinta?
Seminggu ini saya mewawancarai dua nama pop; Yovie Widianto dan Kerispatih. Yang pertama, sudah jelas kredibilitasnya sebagai komposer pop handal pencipta banyak hits dan bertahan dari era ‘80an hingga sekarang. Yang kedua, biarpun bukan band sejuta kopi, namanya sudah bisa masuk ke jajaran band pop terkenal lokal meskipun saya tak tahu jika disuruh menyebutkan hits mereka.
Yovie bilang karena dia memainkan musik pop, wajar saja kalau membawakan lagu bertema cinta. Kalau musisi atau band mengaku rock, tapi liriknya cinta juga, itu tak benar. Lebih baik seperti dia. Terang-terangan mengaku musisi pop. Kerispatih bilang, mereka a romantic band. Sama seperti Yovie, mereka tak ingin jadi band yang sok nge-rock tapi liriknya tetep cinta. Katanya, mereka berusaha jujur dengan menjadi band pop. “Kami nggak mau jadi band yang sok sok ngerock tapi liriknya tetep menye juga. Atau, menghina yang liriknya katanya menyanyikan cinta terus, tapi musiknya pop juga,” kata Badai, kibordis sekaligus otak musikal Kerispatih.
Sepertinya pentolan Kerispatih itu sedang bicara soal Efek Rumah Kaca. Sayang, waktu wawancara saya agak kurang menyimak pas dia bicara bagian ini. Mungkin ini momen-momen dalam wawancara ketika saya hilang beberapa detik. Hehe. Saya sering begitu. Ternyata, pas didengarkan transkripnya, Badai bicara begitu. Jadi, saya tak bisa bertanya lebih lanjut.
Barusan, saya datang ke konferensi pers The Titans, di pres rilis ditulis kalau mereka masih percaya pada kekuatan cinta. Setahun lalu, waktu saya wawancara The Titans, mereka juga bilang berusaha jujur dengan menulis lagu cinta. Karena yang ada di pikiran mereka, ya hal-hal tentang cinta. Bukan kritik sosial atau politik.
Dan rata-rata band pop, jika ditanya apa bedanya lagu cinta mereka, jawabannya pasti lagu cinta mereka berbeda, karena sudut pandangnya berbeda, cara menceritakannya berbeda, atau lagu mereka tak cengeng. Jawaban yang paling standar dan klise sih, “Lirik cinta kami universal. Bisa diartikan cinta kepada Tuhan, alam semesta, keluarga, pacar, atau bahkan binatang.”
Kenapa mereka pikir, pop = cinta?
Padahal, ada juga musik pop yang tanpa lagu cinta, tapi berhasil jadi lagu yang bagus. Contoh paling segar, Efek Rumah Kaca. Contoh paling berhasil dan teruji, adalah Iwan Fals era ’90-an. Meskipun ada lagu cinta di antara lagu-lagu pop Iwan, tapi lagu macam (Surat Buat) Wakil Rakyat adalah lagu pop yang bisa memberi tema yang berbeda. Atau, kenapa tak pernah ada yang jujur saja bilang, “Ah, lagu cinta kami sama saja dengan lagu cinta banyak band pop. Namanya juga cari duit.”
Apakah lirik cinta lebih mudah dibuat oleh musisi-musisi pop itu? Saya belum pernah menulis lirik lagu, jadi tak tahu kesulitannya. Yang saya heran, kenapa mereka tak pernah menulis lirik yang sedikit berbeda. Benar-benar memberikan sudut pandang berbeda. Coba bandingkan lirik-lirik di bawah ini. Ini saya ambil sembarang, dari tumpukan CD yang ada di meja, kiriman label. Ini hanya contoh kecil. Dan ini merupakan puncak gunung es.
Cinta itu butuh pengorbanan hati, dan tak butuh cinta sesaat/ Jika kita bertahan cinta itu milik kita//Jika cinta dasar dari semua ini//Hadapilah segalanya/Dengan lapang dada//Meski pahit di sana (Tentang Sebuah Kisah, Kerispatih, 2008).
Walaupun kau telah pergi/Tapi hati tetap cinta/Biarpun di ujung waktu/Aku masih menunggumu//Oh waktu kembalikan/Cintaku hanya dia/Ingatkan aku padanya/Sandingkan aku dengannya (Cinta Mati, The Titans, 2008).
Aku tertipu kediamanmu/Yang ku anggap semuanya baik-baik saja/Ku tak menyangka/Di belakangku kau tigakan cintaku yang hanya kepadamu/Apa yang membuatmu/Tak pernah mengungkap isi hatimu/Andaikan engkau tau/Betapa hatiku mencintaimu (Kau Tigakan Cinta, Elkasih, 2008).
Oh terima kasih Efek Rumah Kaca. Sekarang saya punya soundtrack di kepala, setiap kali mendengar lagu-lagu cinta berkumandang.
Seminggu ini saya mewawancarai dua nama pop; Yovie Widianto dan Kerispatih. Yang pertama, sudah jelas kredibilitasnya sebagai komposer pop handal pencipta banyak hits dan bertahan dari era ‘80an hingga sekarang. Yang kedua, biarpun bukan band sejuta kopi, namanya sudah bisa masuk ke jajaran band pop terkenal lokal meskipun saya tak tahu jika disuruh menyebutkan hits mereka.
Yovie bilang karena dia memainkan musik pop, wajar saja kalau membawakan lagu bertema cinta. Kalau musisi atau band mengaku rock, tapi liriknya cinta juga, itu tak benar. Lebih baik seperti dia. Terang-terangan mengaku musisi pop. Kerispatih bilang, mereka a romantic band. Sama seperti Yovie, mereka tak ingin jadi band yang sok nge-rock tapi liriknya tetep cinta. Katanya, mereka berusaha jujur dengan menjadi band pop. “Kami nggak mau jadi band yang sok sok ngerock tapi liriknya tetep menye juga. Atau, menghina yang liriknya katanya menyanyikan cinta terus, tapi musiknya pop juga,” kata Badai, kibordis sekaligus otak musikal Kerispatih.
Sepertinya pentolan Kerispatih itu sedang bicara soal Efek Rumah Kaca. Sayang, waktu wawancara saya agak kurang menyimak pas dia bicara bagian ini. Mungkin ini momen-momen dalam wawancara ketika saya hilang beberapa detik. Hehe. Saya sering begitu. Ternyata, pas didengarkan transkripnya, Badai bicara begitu. Jadi, saya tak bisa bertanya lebih lanjut.
Barusan, saya datang ke konferensi pers The Titans, di pres rilis ditulis kalau mereka masih percaya pada kekuatan cinta. Setahun lalu, waktu saya wawancara The Titans, mereka juga bilang berusaha jujur dengan menulis lagu cinta. Karena yang ada di pikiran mereka, ya hal-hal tentang cinta. Bukan kritik sosial atau politik.
Dan rata-rata band pop, jika ditanya apa bedanya lagu cinta mereka, jawabannya pasti lagu cinta mereka berbeda, karena sudut pandangnya berbeda, cara menceritakannya berbeda, atau lagu mereka tak cengeng. Jawaban yang paling standar dan klise sih, “Lirik cinta kami universal. Bisa diartikan cinta kepada Tuhan, alam semesta, keluarga, pacar, atau bahkan binatang.”
Kenapa mereka pikir, pop = cinta?
Padahal, ada juga musik pop yang tanpa lagu cinta, tapi berhasil jadi lagu yang bagus. Contoh paling segar, Efek Rumah Kaca. Contoh paling berhasil dan teruji, adalah Iwan Fals era ’90-an. Meskipun ada lagu cinta di antara lagu-lagu pop Iwan, tapi lagu macam (Surat Buat) Wakil Rakyat adalah lagu pop yang bisa memberi tema yang berbeda. Atau, kenapa tak pernah ada yang jujur saja bilang, “Ah, lagu cinta kami sama saja dengan lagu cinta banyak band pop. Namanya juga cari duit.”
Apakah lirik cinta lebih mudah dibuat oleh musisi-musisi pop itu? Saya belum pernah menulis lirik lagu, jadi tak tahu kesulitannya. Yang saya heran, kenapa mereka tak pernah menulis lirik yang sedikit berbeda. Benar-benar memberikan sudut pandang berbeda. Coba bandingkan lirik-lirik di bawah ini. Ini saya ambil sembarang, dari tumpukan CD yang ada di meja, kiriman label. Ini hanya contoh kecil. Dan ini merupakan puncak gunung es.
Cinta itu butuh pengorbanan hati, dan tak butuh cinta sesaat/ Jika kita bertahan cinta itu milik kita//Jika cinta dasar dari semua ini//Hadapilah segalanya/Dengan lapang dada//Meski pahit di sana (Tentang Sebuah Kisah, Kerispatih, 2008).
Walaupun kau telah pergi/Tapi hati tetap cinta/Biarpun di ujung waktu/Aku masih menunggumu//Oh waktu kembalikan/Cintaku hanya dia/Ingatkan aku padanya/Sandingkan aku dengannya (Cinta Mati, The Titans, 2008).
Aku tertipu kediamanmu/Yang ku anggap semuanya baik-baik saja/Ku tak menyangka/Di belakangku kau tigakan cintaku yang hanya kepadamu/Apa yang membuatmu/Tak pernah mengungkap isi hatimu/Andaikan engkau tau/Betapa hatiku mencintaimu (Kau Tigakan Cinta, Elkasih, 2008).
Oh terima kasih Efek Rumah Kaca. Sekarang saya punya soundtrack di kepala, setiap kali mendengar lagu-lagu cinta berkumandang.
0 Comments