Serigala Bali
Pulau Bali gelap gulita, Minggu 31 Mei lalu.
Sampai sekarang, saya tak tahu apa penyebabnya. Yang jelas, seingat saya, selama hampir tiga jam banyak rumah dan hotel di Bali yang hanya diterangi cahaya lilin. Mereka yang punya genset sih, boleh membuat sekitarnya iri karena terang benderang. Hotel yang saya dan rombongan Seringai tempati, kebetulan tak punya genset. Bahkan, mereka tak punya tamu lagi selain kami. Ketika gelap gulita, kami seperti tinggal di gedung terbengkalai. Jadinya hampir seperti lokasi uji nyali.
Seringai diundang bermain di sebuah event bernama Pesta Serigala, di sebuah klub bernama Blue Eyes. Klub yang tata suaranya dahsyat, tapi kabarnya masih kesulitan mendapat keuntungan. Selain Seringai, ada Navicula, Scared of Bums, Parau dan saya lupa lagi siapa.
Pesta Serigala menggabungkan rock show dengan acara dugem. Di sela-sela pergantian antar band, DJ memutar musik yang mencoba memfasilitasi para pecinta ajojing malam hari. Tata panggungnya pun terlihat begitu. Menggabungkan pertunjukkan musik dengan hiburan dari DJ. Maklum, DJ booth nya ada di depan panggung. Band yang instrumennya masih memakai kabel dan yang vokalisnya merangkap gitaris tak bisa menghampiri penonton di depannya karena terhalang tempat bermain DJ. Memang, di kanan kiri DJ booth terdapat jalur untuk berlari ke depan penonton, tapi itu hanya bisa dilakukan oleh mereka yang instrumennya memakai wireless, atau yang vokalisnya tak memainkan instrumen.
Kami menginap di kawasan Pantai Sanur. Jauh dari keramaian wisatawan dan dunia senang-senang seperti kawasan Kuta. Yang ada hanya sepi. Bahkan kamar hotel kami tak punya TV. Tak ada gadis berbikini lalu lalang. Hanya kira-kira satu jam kami mampir di kawasan ramai, ketika mampir di Toko Volcom untuk mengambil jatah Seringai.
Melihat kawasan Legian, saya jadi teringat spanduk di kawasan Kemang yang berkata menolak Kemang dijadikan Kuta kedua. Ah payah sekali mereka. Mungkin mereka belum pernah melihat Kuta dengan segala keindahan visualnya. Lagian, tak mungkin Kemang dijadikan Kuta kedua. Kemang kan bukan daerah pinggir pantai. Tak mungkin lah itu dijadikan Kuta kedua. Lagi pula, maksiat mah bukan hanya di Kuta atau di Kemang. Lupakah mereka dengan sejarah yang mengatakan bahwa di Mekkah dulunya juga banyak orang berbuat maksiat?
Ah jadi melantur. Ini foto-foto dari hampir seminggu lalu.
0 Comments