Jadi begini, KomtungTV.com punya rubrik review. Ada Denise yang bawel dan ngasih opininya di situ. Berikut ini, beberapa kutipan dari review neng Denise.
Bagi kalian yang nonton langsung di Usmar Ismail tanggal 31 Januari 2015, apa kesan kalian untuk special shownya Soleh Solihun? Lucu? Keren? Pecah? Kalau gue ada dua kata yang paling dominan: CAPE dan LAMA.
Maaf ya neng, kalau kamu pulang dari Majelis Tidak Alim, ngerasa cape dan lama. Tapi, kalau dipikir-pikir, capek dan lama karena habis bersenang-senang, harusnya disyukuri loh. Contohnya habis bercinta. Kalau kamu capek karena habis bercinta dalam durasi yang lama, pasti kamu bersyukur kan? Kalau kamu capek, saya pasti lebih capek. Saya kan berdiri. Kamu mah duduk. Saya ngomong, kamu mah cuma tertawa.
Soal lama, saya juga nggak berencana selama itu. Saya nggak pake jam tangan, jadi nggak tahu sebenernya udah berapa lama saya tampil. Cuma ada alarm satu jam doang dari panitia. Selebihnya, saya nggak mikirin waktu. Yang penting, satu jam udah terpenuhi. Daripada nanti diprotes, karena kurang dari satu jam. Nanti kamu pasti lebih bawel lagi.
Ketika gue menengok ke belakang, betapa kagetnya gue ketika melihat banyak kursi kosong, setidaknya ada belasan. Mendadak gue kasian sama orang yang udah susah-susah berburu tiket tapi gak bisa nonton. Panitia, you owe them an explanation.
Soal kursi kosong, sebenernya sih panitia nggak perlu ngejelasin kenapa kursi kosong. Saya juga sebenarnya bertanya-tanya, pada ke mana para pembeli tiket itu? Panitia sudah menyerahkan 80 persenan kursi ke elevenia.co.id. Kalau mereka bilang sudah terjual habis, ya mereka harus membayar uang sebanyak yang mereka bilang. Laporan dari elevenia sih, cocok sama penjualan. Ya setidaknya, mereka membayar kami sesuai dengan angka yang seharusnya.
Nah, pada ke mana perginya? Sebagian sih di twitter ada yang bilang, tiba-tiba harus dinas keluar kota. Ada yang bilang, nggak jadi pergi karena temennya nggak jadi pergi. Beberapa orang undangan alias gratisan sih memang ada yang mengabarkan batal datang, menjelang pertunjukkan dimulai. Jadi, panitia nggak bisa menjual lagi itu kursi, karena orang sudah terlanjur tahu bahwa tiket habis.
Eh jangan-jangan, kamu melihat kursi kosong itu pada saat jeda antara penampilan saya ya? Kalau pas jeda, dan ada adegan minta sumbangan, memang banyak yang pergi ke WC. Beberapa bahkan ada yang merokok. -___-
Gue kira ketika Soleh naik lagi dengan kostum ala-ala rockstar (yang sebenarnya adalah gaya berpakaian sehari-hari dia sih), dia akan mengumumkan kalau uang ini akan disumbangkan ke salah satu yayasan atau korban bencana alam. Tapi ternyata uang ini dipakai untuk nambah-nambahin biaya produksi. Sialan! Kalo gitu, Kang Soleh biar fair umumin dong berapa dapetnya, jangan cuma nge-RT mention pujian aja! Gue tunggu ya!
Saya baru ngecek berapa uang yang didapat dari hasil meminta sumbangan, barusan. Sebelumnya saya nggak peduli berapa hasilnya. Toh, uang bukan tujuan utamanya, tapi gimmick nya. Tapi okelah, neng. Kalau kamu pengen tahu banget, uang hasil sumbangan itu sebanyak 1,1 juta rupiah. Lumayan lah. Buat ganti bayar sewa kamar hotel di sebelah. Haha.
Soal nge-RT mention alias pujian mah, saya juga dulu geli tiap lihat orang yang melakukan itu. Tapi, belakangan saya sadar bahwa perbuatan itu, bagus untuk awareness. Bagus untuk jualan. Menggelikan, tapi efektif. Riya, sudah pasti. Dosa, mungkin. Tapi efektif untuk awareness. Buktinya, kamu juga jadi tahu bahwa saya me-RT pujian-pujian itu. Orang yang nggak nonton juga jadi penasaran sama Majelis Tidak Alim. Kredibilitas meningkat, semoga permintaan manggung makin meningkat.
Kalau kamu punya followers ratusan ribu, dan perlu menjual karya kamu, coba deh trik menggelikan ini. RT pujian sebanyak-banyaknya. Sesungguhnya, meskipun orang sebal membacanya, tapi lama kelamaan, mereka akan terpengaruh dan menganggap bahwa si peritwit itu karyanya disukai banyak orang. Hahahaha.
Beliau berpesan untuk ngetwit yang bagus-bagus, dan semuanya nurut aja. Kalau gue sih fair aja, yang bagus gue bilang bagus, yang jelek seperti soal durasi dan banyak tempat duduk kosong juga gue sebutin. Harusnya para comic dari yang paling senior sampai yang paling cemen jangan cuma mau terima pujian aja, tapi juga harus ikhlas dikritik. Kalau dikritik pun jangan down. Nanti Soleh yang udah jadi panutan kalau gak mau dikritik, jangan-jangan entar yang masih belajar juga gak mau dikritik lagi! Apakah Soleh Solihun yang riya akan me-RT link untuk artikel ini, dan apakah beliau akan menjawab tantangan saya di tiga paragraf sebelum ini?
Suka-suka saya dong, kalau saya tak mau dikritik. Hahaha. Lagian, kalau kamu menganggap omongan soal anti kritik itu serius, ya kamu lupa satu hal: kamu mendengar saya ngomong itu di acara komedi. Ketika saya ngomong ‘neraka lebih dinamis,’ bukan berarti saya pengen masuk neraka. Haha. Di antara sekian banyak yang memuji, ada satu kok, yang bilang pertunjukkan saya biasa saja, dan menganggap semua yang memuji itu buzzer saya. Dan twit dia, saya ritwit pula kok. Tapi mungkin tenggelam oleh pujian. Nila setitik ternyata tak merusak susu sebelanga.
Eh, apa jangan-jangan kamu bercanda ya, waktu kamu menulis saya harus mau nerima kritik? Apa sebenarnya, kamu mengerti bahwa saya bermaksud bercanda secara sarkas ketika saya bilang jangan ngeritik?
Tuh, tapi saya sudah buktikan bahwa tulisan kamu pun, saya ritwit. Lumayan kan, buat menambah hit kamu, soalnya followers KomtungTV, belum sebanyak followers saya. Astaghfirulloh. Maaf ya saya riya lagi.
Udah ah. Makasih ya Neng Denise udah dateng ke Majelis Tidak Alim dan mau menulis review sepanjang itu. Dari sekian banyak pujian di mention, cuma tulisan kamu yang panjang dan terasa ditulis dengan penuh hati.
Saya tahu kok, sebenarnya kamu cinta sama Majelis Tidak Alim. Kebaca kok, dari kalimat-kalimat kamu. Kalau sekilas sih, seperti yang tidak suka, apalagi dari judul artikel. Tapi, biar sesuai dengan judul rubrik yang “Dibawelin Denise” dan biar bagus ditwit, ada kesan konflik, maka kamu harus belagak mayah-mayah dan kezel sama saya.
Thank you Denise. Muah muah.