Hai blog, lama tak jumpa. Haha.
Tak terasa ya, 2015 tinggal hitungan jam. Kayaknya baru kemarin mengucapkan selamat tahun baru 2015. Nah, karena ini hari terakhir di 2015, saya mau bercerita sedikit alias merangkum alias bersyukur alias sok merenung bijak atas apa yang telah terjadi selama 2015.
Tahun ini, begitu banyak kisah suka, tapi ada satu kisah duka: bapak saya meninggal. Ini adalah momen paling sedih dalam hidup saya. Bapak pergi tanpa merepotkan keluarganya, seperti juga semasa hidupnya. Dia pergi begitu mendadak, tanpa sakit apa-apa. Bahkan, sehari sebelum meninggal, hasil general check up bilang, bapak sehat wal afiat. Semoga bapak tenang di alam kuburnya, diterangkan da diluaskan kuburannya, diterima amal ibadahnya.
Kalau kisah suka, saya jalan-jalan 10 hari di London bersama Tetta. Biarpun puasa 18 jam tapi tak terasa. Lumayan lah, minimal kalau harus jalan-jalan ke Eropa lagi pada saat puasa, saya sudah punya pengalaman. Semoga Garuda Indonesia memberi kami lagi kesempatan jalan-jalan di tahun 2016. Hehe.
Tahun ini juga saya membuat pertunjukkan stand up saya yang pertama: Majelis Tidak Alim. Tadinya mau tur ke beberapa kota, tapi ternyata tak terwujud. Tak apa lah. Setidaknya, saya sudah punya dvd dan akhirnya materinya juga jadi buku. Minimal, karya saya sudah terdokumentasikan. Jadi, kalau di kemudian hari, anak cucu bertanya soal pekerjaan saya yang stand up comedian, saya punya bukti berupa karya. Tahun 2015, dibuka dengan Majelis Tidak Alim Jakarta pada 31 Januari, dan ditutup dengan Majelis Tidak Alim Bandung pada 12 Desember. Yang di Jakarta sold out, tapi sponsor minim. Yang di Bandung tak sold out, tapi ada dua sponsor yang membiayai produksi. Dan setidaknya, saya tak penasaran lagi. Saya tahu, bahwa saya bisa juga bikin special show, bahkan saya bisa stand up selama 2 jam 45 menit. Tahun 2016, saya mau bikin lagi, tapi dengan judul yang berbeda. Kalau 2015 temanya agama, tahun 2016 saya mau bikin dengan tema musik ah, karena sik sik musik aku suka musik.
Tahun ini, akun Twitter saya mendapat verifikasi, alias dicentang biru. Yah meskipun dicentang pada saat Twitter sudah tak seramai dulu [alay lari ke Instagram, teman-teman lari ke Path], tapi setidaknya gaya lah. Baru 3 comic yang dicentang biru sejauh ini: Raditya Dika, Ernest Prakasa, dan saya. Belum bisa bikin kaya, tapi lumayan bikin gaya. Hehe.
Tahun ini juga, saya terlibat di program televisi yang tayang setiap hari: Celebrity Lip Sync Battle Indonesia [awalnya bernama Celebrity Lip Sync Combat]. Meskipun secara rating belum tinggi, ya alhamdulillah pekerjaan ini sangat menyenangkan dan membuat dapur mengebul. Hehe. Semoga tahun 2016 program ini masih tayang di NET.
Apa lagi ya? Oh iya, program Karikatur Negeri di TV One akhirnya dibungkus. Setelah 3 tahun mengudara, selesai juga. Mereka merombak sebagian besar tayangannya, dan Karikatur Negeri termasuk yang terkena perombakan. Semoga 2016 ada lagi yang mau menawarkan saya sebagai pembawa acara kesayangan. Hehe.
Niat aktif mengisi blog ternyata masih sebatas niat. Sempat semangat di awal, tapi sepertinya saya hanya manis di bibir. Semoga 2016, saya bisa lebih aktif menulis di sini ya. Dan oya, sebenarnya masih ada hutang saya sejak 2006: merampungkan biografi Puppen. Haha. Saya jadi tak enak setiap ketemu Arian dan Robin, buku itu tak kunjung selesai juga. Saya malah sudah menulis dua buku sejak rencana menulis buku biografi Puppen dibuat.
Oya, bicara soal buku. Majelis Tidak Alim hingga saat ini belum jelas, apakah bakal tersedia di Gramedia atau tidak. Kata penerbit, pihak Gramedia tak mau menjual buku saya karena ada materi yang dianggap mereka berbau pornografi. Saya tak tahu bagian mana, padahal tak ada tentang orang bercinta di dalamnya. Tak ada juga cerita soal posisi bercinta seperti yang biasa ada di majalah perempuan yang dijual bebas di Gramedia. Hehe.
Buku-buku saya sebelumnya, dijual di Gramedia saja tak terlalu laku, apalagi tak dijual di Gramedia ya. Haha. Eh tapi di toko buku lainnya macam Gunung Agung dan Toga Mas sih ada. Apa saya harusnya jual di KFC saja ya? Sudah pasti laris. Yah kita lihat saja nanti bagaimana nasibnya buku Majelis Tidak Alim.
Eh iya, program stand up comedy makin banyak di televisi lain selain Metro TV dan Kompas TV. Yang paling terkenal sih, sekarang Stand Up Comedy Academy di Indosiar. Saking terkenalnya program itu, saya sering sekali dapat pertanyaan, “Nggak ikutan di Indosiar?”
Saya mah, setia sama Metro TV. Haha.
Karena tv lain tak mengajak saya. Hahaha.
Kalau ada acara pencarian bakat penyanyi, para penyanyi yang tak tampil jadi bintang tamu di acara itu tak pernah ditanya soal mereka tak ikutan jadi bintang tamu di sana, kan. Tapi kalau stand up comedy, seakan-akan kalau saya tak tampil di sana, kurang diakui sebagai stand up comedian. Haha.
Padahal kan, bisa saja karena budget tak cocok, atau karena jadwal tak cocok. Atau, ya karena produser acara itu tak merasa saya lucu. Haha.
Sudah ah, curhatnya. Mari kita tutup celoteh akhir tahun ini dengan doa.
Semoga 2016 saya bisa bikin special show lagi.
Semoga 2016 saya bisa jalan-jalan dibayarin lagi.
Semoga 2016 saya kebeli motor Triumph.
Semoga 2016 duit saya makin banyak.
Semoga 2016 FPI tak sweeping lagi.
Semoga 2016 mbak-mbak ITC tak ngomong kastamer lagi.
Semoga 2016 masih banyak perempuan yang memakai legging dan skinny jeans.
Semoga 2016 tak ada lagi mas-mas yang jalan-jalan make polo shirt kerah naik plus celana pendek plus sendal hotel.
Semoga 2016 hidup kita makin bahagia dan sejahtera.