Kalau hari Jumat begini, biasanya twit standar yang banyak beredar adalah soal mengingatkan solat Jumat biar ganteng. Entah siapa yang memulainya. Mungkin seseorang yang tidak ganteng. Mungkin juga khotbah gaya baru. Mengiming-imingi ibadah dengan imbalan bukan cuma pahala, tapi kadar kegantengan seseorang.
Solat Jumat, sejak saya kecil, selalu identik dengan tidur di saat khotbah. Hehe. Salah satu kenangan masa kecil saya [entah masih di TK atau sudah kelas 1 SD saya tak tahu] yang masih menempel adalah satu hari Jumat di Mesjid Al Banna [entah bagaimana penulisannya] di Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, saya diajak solat Jumat oleh bapak saya. Adegan yang membekas adalah saya tidur di paha bapak saya, lalu dibangunkan karena khotbah sudah selesai dan saatnya solat. Sepertinya saya baru setinggi paha orang dewasa, karena yang ada di ingatan saya, kepala saya pas di ketinggian paha mereka.
Saya harus buat pengakuan. Hingga SMP, saya mengira solat Jumat adalah solat sunat. Haha. Karena jumlah rakaatnya yang dua, dan biasanya solat sunat itu dua rakaat. Saya baru tahu bahwa solat Jumat itu solat wajib [pengganti solat Dzuhur], ketika sudah SMA. Buat yang bukan beragama Islam, sunat itu ibadah yang tak diwajibkan, tapi kalau dikerjakan bakal dapat pahala. Kalau wajib itu harus dikerjakan, kalau tak dikerjakan berdosa.
Tapi, sepanjang hidup saya melaksanakan solat Jumat, sebagian besar diisi dengan tidur di saat khotbah. Sepengetahuan saya, tak apa-apa tertidur, asal posisi duduk tegak, pantat aman, yakin bahwa tak akan ada gas yang keluar pada saat tidur alias kentut. Haha. Bukan apa-apa, saya memang cenderung mudah tertidur kalau mendengarkan monolog. Baik itu di ruang kelas, maupun di dalam mesjid.
Tapi katanya sih, mendingan tertidur, daripada ngobrol. Ini juga salah satu trik jitu supaya tak diajak ngobrol kalau Jumatan bareng teman. Lagipula, katanya tidur siang berguna untuk kreativitas. Makanya, supaya terus kreatif, saya harus tidur siang di kala ada kesempatan. Hehe. Dan kalau tak tertidur, biasanya melamun, atau kaki kesemutan karena memakai jins. Makanya, sarung adalah pakaian yang paling pas buat berlama-lama di mesjid. Bebas dari kesemutan.
Kalau kata guru agama sih, ketika khotbah Jumat sedang berlangsung sebaiknya tak memikirkan urusan duniawi. Tapi sejauh ini sih, susah sekali. Malah lebih mudah memikirkan pekerjaan atau urusan duniawi ketika sedang sesi khotbah Jumat. Tak jarang, malah suka tiba-tiba melamun jorok. Dan sodara-sodara, tiba-tiba ereksi sambil duduk bersila itu adalah momen yang tak menyenangkan. Sama tak menyenangkannya, dengan tiba-tiba ereksi ketika sedang duduk di angkot atau berdiri di bis kota.
Harusnya sih, lebih banyak mengingat Alloh ketika di mesjid, ya. Tapi nyatanya, saya lebih banyak mengingat Alloh ketika ada di dalam pesawat. Apalagi ketika take off dan begitu ada goncangan. Segala macam ayat dan puji-pujian kepada Alloh selalu saya ucapkan. Hehe. Maklum, saya termasuk cukup takut terbang. Bukan apa-apa, manusia mah, tempatnya ya di darat. Menginjak tanah. Mungkin itu sebabnya, saya orangnya down to earth ya. Hahaha.
Berarti, sering-sering naik pesawat, bakal membuat saya lebih religius ya. Selain mendapat banyak poin buat frequent flyer. Hehe.
Wah, kalau begitu, mungkin kalau solat Jumatnya sambil naik pesawat, saya bakal lebih khusyuk beribadah. Kalau soal jadi ganteng mah, nggak lah.
Kan saya orangnya bukan termasuk yang ganteng, tapi karismatik. Hahahaha.